Tuesday, November 24, 2015

Why (Y)

Satu hal, mungkin jadi pertanyaan kenapa gue jadi sering nge-reblog tulisan orang dalam hal ini tulisannya @kurniawangunadi. Gak ada alasan khusus sih, tapi sejak gue nemu tulisannya yang di repost  di tumblr temen gue, gue jadi sering intip aja. dan tulisannya bagus untuk jiwa-jiwa labil seperti gue, hahahaha..

Jadi mau bikin tumblr juga sih sebenernya, biar gampang kalo repost gausah copas2. Pernah punya sih honestly, tapi lupa alamatnya apa dan pake email yang mana dan passwordnya apa. Pernah ngepost di tumblr sekali. Udah.

Tapi kalo sekarang bikin tumblr baru juga ya sayang ama blog yang ini. Udah lama banget. Kalo sejarahnya mah pertama kali ngeblog pake domain multiply.com trus kalo gue buka search sekarang udah gak ada masa. Coba deh search maecobamenulis.multiply.com malah terhubung ke link apaan tauk tuh..
:(((

Trus baru pindah ke blogspot, walopun sok2an masih update multiply, dan sesekali selingkuh ke wordpress (blog rahasia gue) dan pernah nulis di domain lain juga tapi lupa apa namanya. Pokoknya banyak, hahahaha tapi cuma ini yang eksis bertahan. Jadi ya kalo mo pindah rumah lagi ya sayang aja.

Tapi karena gue sadar tulisan gue kurang bermutu, makanya gue re-blog tulisan2 yang lebih bagus dan bermutu. Sementara baru tulisan kurniawan gunadi, besok-besok mungkin nambah lagi. Udah cuma mo klarifikasi, kali aja ada yang bertanya-tanya, muahahaaaaa...


Cups Cum--

[RE-BLOG] Menghadapi Pilihan

Dulu sekali -entah ditulisan yang mana- saya pernah menyampaikan bahwa banyak sekali keputusan yang kita ambil di usia saat ini (20+) akan bersifat permanen. Hari ini, ketika saya menjalani beberapa keputusan yang dulu saya ambil, saya tidak menduga bahwa rentetan konsekuensinya merembet hingga mempengaruhi keputusan-keputusan saya yang lainnya.
Satu keputusan berdampak pada keputusan-keputusan yang lain. Mungkin, beberapa diantara kita saat ini sedang merasakan hal ini. Maka, pelajaran terbesar di usia ini telah dimulai.
Bahwa, setiap kali kita mengambil sebuah keputusan. Maka, kita harus bersiap pada konsekuensi yang tampak dan yang tidak tampak. Keputusan saya untuk menjalani pekerjaan dalam bidang kepenulisan pun berdampak pada keputusan-keputusan yang saya ambil setelah itu. Keputusan memilih tinggal di Yogyakarta pun berdampak pada sekian banyak keputusan yang baru akan saya ambil.
Saya semakin dan percaya bahwa hidup kita benar sudah dituliskan garisnya bahkan sebelum kita dilahirkan. Namun, Allah juga maha mengetahui pilihan-pilihan yang akan kita ambil. Sebab itu, kita memiliki kesempatan untuk memilih pilihan yang terbaik. Kita bisa memilih takdir yang terbaik.
Allah memberikan kita ruang untuk berusaha, berdoa, dan yakin. Allah mengizinkan kita untuk membuat pilihan dan mengusahakan pilihan tersebut. Hari ini, di saat begitu banyak pilihan yang harus kita ambil. Kita harus semakin hati-hati, semakin dewasa, dan semakin yakin bahwa pilihan yang nantinya kita ambil itulah yang terbaik.
Karena yang sedang kita jalani dan miliki saat ini adalah yang terbaik. Manusia seperti kita sering kali salah dalam memahami setiap maksud-Nya. Mungkin, esok atau lusa kita baru bisa memahami apa-apa yang terjadi hari ini. 
Kelak, semua ini akan menjadi rasa syukur. Semua ini akan menjadi titik terang. Dan mungkin rasa bahagia adalah ketika kita bisa menertawakan diri kita di masa lalu. Pada akhirnya, kita memang akan menjalani pilihan-Nya. Semoga kita semua semakin ikhlas menjalani hidup ini sebagai hamba.
Rumah, 24 November 2015 | ©kurniawangunadi

[RE-BLOG] Hari Kelahiran

Ada satu bagian terbaik dari buku teman saya yang super @prawitamutia di bagian kelahiran. Di salah satu adegan episode itu, seseorang memberikan ucapan atas kelahiran seseorang bukan ke seseorang tersebut, melainkan ke ibunya. Sebagai sebuah ucapan selamat karena telah berhasil melahirkan seseorang yang berharga di dunia ini. Seikat bunga diberikan kepada ibunya sebagai tanda ucapan terima kasih itu.

Kelahiran kita bahkan sering lupa kita syukuri dengan mengucapkan terima kasih ke orang tua kita karena telah melahirkan kita dan juga karena kita telah menjadi anaknya dan merekalah yang menjadi orang tua kita. Bukan orang lain, bukan pula kita lahir dari rahim yang lain.

Rasa syukur yang kadang-kadang kalah oleh gegap gempitanya harapan kita pada doa dari orang-orang yang kita harapkan, dari ramainya pesta yang diadakan, atau harapan pada kado-kado dari teman.

Kelahiran kita pun kadang lupa kita kaji ulang apakah kita hanya menambah beban bumi ini atau sebaliknya, kelahiran kita membaikan banyak keadaan. Apakah kita hanya memenuhi bumi dan ikut menjadi buih di lautan atau menjadi berarti.

Kadang kita lupa dan sibuk menyiapkan hal-hal tidak esensial seperti pesta ulang tahun, kejutan, atau hal-hal yang tidak berdampak besar bagi kebaikan kehidupan kita dan orang lain. Rasa syukur itu harus menjadi tindakan dan sebuah perubahan besar pada diri dan laku. Karena usaha kita untuk membuat diri kita berarti dan bermanfaat itu adalah usaha keseharian dan tidak perlu menunggu hari kelahiran untuk berbuat itu semua. 


Makassar, 22 November 2015 | ©kurniawangunadi

Mikir (2)

Eh btw gue sempet baca tulisan kira-kira begini :

Kenapa kita cepat bosan? Apakah kita hidup di era di mana saat ada sesuatu yang rusak maka kita lebih memilih untuk menggantinya daripada memperbaikinya? Apakah ini yang menyebabkan semakin tinggi angka perceraian?

Wehh, ngeri yaa.. Gue jadi instropeksi diri sendiri juga sih.

Lalu?

Yaudah, hahahaa..

Belajar berkomitmen, belajar bertanggung jawab, belajar serius, belajar mengerti gak cuma mau dimengerti, belajar menghargai, belajar tulus, belajar ikhlas, belajar bersyukur, wah ternyata masih banyak peer-nya. Ini pun baru sebagian, ckck

Udahan ah nyampah di sini nya, kapan-kapan nyampah lagi..
Nih efek usia nambah jadi banyak mikir. Dibilang galau ya galau, dibilang mikir dewasa ya iya juga. Pokoknya jangan cuma dipikir, tapi real actionnya juga harus !!!
Demi masa depan lebih baik, hidup bahagia indah gemilang
dan demi ibu pertiwi (?)
ivanjaya.net


Cups Cum--

Mikir (1)

Ngomong-ngomong soal kedewasaan, gatau kenapa gue masih sebocah ini di usia yang gak lagi belia, tsaahh..

Lo bisa curhat apapun ke gue. Gue bisa bikin lo nyaman. Gue bisa pastikan rahasia lo aman. Gue bisa bijak ngasih advice ini dan itu. Gue bisa lo ajak ngobrol dengan situasi serius, gak becanda melulu. Gue bisa menasehati kayak mamah dedeh. Gue bisa berkalimat mutiara kayak pak mario teguh. Gue bisa tampak sangat wise dan dewasa.

Tapi bisa tiba2 lo liat gue cengeng, manja, kekanakan, iseng, becanda mulu, gak serius. Bisa di set sesuai keperluan kalo kata temen gue, disesuaikan dengan situasi dan kondisi, haha

Tapi sisi aslinya ya yang kekanakan itu, hiksss..

Kadang mikir aja sih, kenapa belom dikasih amanah besar macem berumah tangga mungkin karena Dia Maha Tahu bahwa gue yang terlihat siap sebenernya blom siap.

Tiga peran, sebagai seorang hamba, sebagai anak dan sebagai mahasiswa aja gue udah kewalahan bagi waktu gue antara keluarga, teman2, main, hobi, kuliah, tugas bejibun, ngijah. Itu pun Dia gue kasih waktu “sisa” #istighfar

Apalagi kalo gue sambil kerja, sambil berkeluarga. Yekan?

Jadi daripada sibuk bertanya tentang rahasiaNya. Bakal gimana besok, abis lulus jadi apa, kapan mau nikah? Mending fokus beri yang terbaik saat ini. Yang bisa dilakuin sekarang, lakuin dengan optimal. Jangan setengah-setengah. Belajar yang bener, toh waktu gue lebih banyak dibanding temen2 yang kuliah sambil kerja.

Study hard, play hard, pray hard. Iya, harus balance. Tapi tetep harus ada skala prioritas.

Udah sih cuma lagi mikir aja, merenung aja, tapi sambil diketik, hahahaha


Cups Cum--

My Day

24 November 1989
Yes, today i’m turning 26 yo
Why not?

Ceritanya tahun ini tahun pertama belajar untuk mengabaikan hari kelahiran. Bukan karena lupa, bukan acting pura2 lupa trus dapet kejutan, bukan denial karena gamau makin tua. Tapi emang mau belajar gak ikut rayain hal-hal semacam itu. Sekeluarga lagi belajar, baru mulai belajar. Jadi kocak.

Tadi pagi pas sarapan, mamidut bilang ciee ada yang ulang taun. Trus bontot nyanyi2. Kelepasan gitu karena udah kebiasaan. Tapi akhirnya kita saling hussshh, sssttt, kan katanya deal no celebrate walo cuma ucapan.

Trus abis itu beberapa temen nge-japri ngucapin selamat dan kasih doa2. Terus balesin aamiin aamiin aja. Tapiii, paling gak terbendung itu grup. Kalo di grup kan ya pada copas2 aja ya, hahaha.. Akhirnya mau gamau balesin bilang makasi dan aamiin.

Sebenernya gue tau ya, mereka gak paham dan niatnya baik banget pasti tulus walopun yang sekedar copas2, hahaha. Jadi mau gue cuekin juga gak tega. Yaudahlah akhirnya bales juga, hafft gagal mengabaikan hari ini..

Dan gue punya bulek yang ultahnya samaan, dia jago masak pula. Jadi walaupun di rumah gak ada perayaan, dia selalu bikinin kue ulang tahun dan tumpeng buat kita berdua. Bulek sih baru mualaf, tapi tetep aja belom paham..

Walaupun gagal melaksanakan niat 100%, seenggaknya udah mencoba lah yah.. Mau ngejelasin bahwa gue gak ngerayain juga kalo ke temen deket sih bisa, tapi kalo yang heterogen ya rada susah. Takut menyinggung juga.

Terimakasih ya Allah untuk 26 tahun hidup di dunia. Maaf belum jadi manusia yang bermanfaat. Semoga sisa usia semakin barokah. Semoga muka tetep awet muda, tapi sikap makin dewasa, hehe.. Gapapa tua di umur asal gak tua di muka, asal semangat tetep anak muda, asal jiwa selalu muda, hahahaaaa..
*kayak becanda tapi serius* aamiin
ivanjaya.net


Cups Cum--

Wednesday, November 18, 2015

[RE-BLOG] Negosiasi

Perbedaan zaman antara anak dan orang tua membuat banyak anak harus banyak belajar tentang negosiasi, termasuk cara-caranya. Beruntunglah bagi anak yang memiliki orang tua yang terbuka dan selaras, negosiasi lebih mudah dilakukan. Tapi, banyak yang tidak demikian.

Pemahaman dan pandangan hidup antara anak dan orang tua berbeda. Bisa tentang pekerjaan, tentang jurusan kuliah, tentang pasangan hidup, dan masih banyak lagi. Banyak perbedaan.

Kita dituntut untuk luwes, bagaimana mengkomunikasikan hal-hal yang sebenarnya baik, tapi tidak benar dimata orang tua. Mungkin, disebabkan oleh pengalaman hidup di masa mudanya dahulu, atau tentang ketakutan pada ketidaknyamanan hidup anak-anaknya nanti. Karena, pada dasarnya orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya, kan?

Sayangnya, versi terbaik menurut orang tua terbatas pada apa yang dia tahu dan pernah alami. Karena zaman telah berganti, anak-anaknya memiliki pergaulan dan kehidupan yang berbeda, tidak bisa dihindarkan bahwa anak dan orang tua sering berbeda pandangan.

Kita mudah untuk menuliskan segala hal ideal yang menjadi keinginan atau harapan kita. Tapi, ketika kembali ke dalam keluarga, bagaimana cara kita menjembatani antara pemahaman kita dan keluarga adalah sebuah pekerjaan besar. 

Kita tidak harus mengorbankan salah satu karena saya percaya selalu ada jalan tengahnya, tapi pesan saya hanya satu. Perjuangkan dan raihlah ridho orang tua.

Yogyakarta, 10 November 2015 | ©kurniawangunadi
*Re-Blog dengan beberapa editan

My November

Well, hello November..
ivanjaya.net

I know it’s too late to say hello ya. Udah lebih dari pertengahan bulan juga, hahaha. Akhir-akhir ini sibuk banget ama tugas-tugas yang padet. Iya, gue tau sebenernya itu bukan alasan. Dari kemarin mau ngeblog cuma ya gitu kayak udah capek aja gitu. Sekarang juga masih banyak tugas. Tapi lagi jenuh ama itu, bosen. Makanya main-main ke blog, hehehee..

November. Ada hari kelahiran gue di bulan ini. Beberapa orang mungkin menganggap hari kelahiran adalah sebuah hari yang spesial. Tapi engga buat gue. Gue justru selalu punya ketakutan menghadapi hari kelahiran. Makin tua. Hidup makin rumit. Ujian makin kompleks. Muncul keriput-keriput halus. Makin dekat dengan kematian (?)

Kebetulan juga dari kecil gak dibiasain untuk ngerayain ulang tahun. Ucapan selamat dan doa2 aja. Justru yang biasanya ngerayain ya temen-temen disekitar. Tapi kalo keluarga ada yang ulang tahun biasanya gue suka kasih hadiah atau birthday cake.

Tapi setahun terakhir gue dan keluarga mulai belajar untuk gak merayakan moment ulang tahun bahkan sekedar ucapan selamat. Doa-doa pun selalu dipanjatkan setiap saat, gak cuma karena moment ulang tahun yang berarti sekali setahun. Kalo temen-temen terdekat sih gue masih suka ngucapin, atas dasar “gaenak, takut salah paham” harusnya sih gak usah sama sekali.

Kenapa gak ngerayain ulang tahun?
Kan bentuk rasa syukur untuk hidup yang udah dikasih olehNya.

Kenapa ya? Hehe, ya karena bukan budaya umat Muslim. Itu budaya non Muslim yang bakalan panjang kalo gue jelasin, hehe searching sendiri aja ya kalo penasaran ama sejarah budaya perayaan ulang tahun, huwahahaha males ngetiknya guee..

Bersyukur itu setiap hari. Muhasabah,instropeksi diri itu setiap saat. Berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan teman-teman bisa kapan saja. Gue suka traktir walopun gue lagi gak ulang tahun. Gue suka beliin keluarga ataupun temen gue hadiah walopun dia lagi gak ulang tahun. Jadi bagi gue ulang tahun ya biasa aja. Cenderung parno malah, hehee..


Cups Cum--